Facebook memang kerap menghadapi masalah terbesarnya yakni spam untuk beberapa tahun terakhir. Spam dan malware memang kerap menyerang situs jejaring sosial terbesar tersebut. Meski belakangan bergulir kabar bahwa perusahaan telah merekrut vendor dan hacker untuk mengurusi spam dan kejahatan hack yang tergabung dalam program bernama ‘Bounty’, namun hingga saat ini permasalahan spam dan malware tidak kunjung selesai dan bahkan cenderung meningkat dan mengganggu para penggunanya.
Beberapa minggu lalu dilaporkan sejumlah pengguna Facebook merasa ‘dibanjiri’ oleh sejumlah link dan gambar yang berbau kekerasan dan pornografi pada wall akun mereka. Hal tersebut menyebar cepat pada sejumlah pengguna dan merasa terganggu atas serangan spam tersebut.
Facebook memang tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menangkal spam pada situs mereka. Tidak adanya ‘infrastruktur’ yang kuat tersebut membuat Facebook seringkali diserang dengan mudahnya selama beberapa tahun belakangan.
Diwartakan oleh Irish Time (22/11/2011) bahwa para Spammer memiliki keuntungan dengan desain layout terbaru yang diterapkan oleh Facebook dimana ketika teman Anda menuliskan sebuah komentar pada foto tersebut, maka secara otomatis akan muncul juga pada News Feed dari teman Anda tersebut.
Para pengguna Facebook memang merasa terganggu dan kesal karena kejadian ini seringkali melanda jejaring sosial milik Zuckerberg tersebut. Terlebih tidak adanya penanganan serius dari pihak Facebook membuat para pengguna seakan ‘terbiasa’ dengan situasi ini. Namun yang jelas kekecewaan tentu dirasakan oleh para pengguna Facebook.
Facebook nampaknya harus benar-benar jeli dan cermat untuk menanggapi hal ini. Peristiwa ini jelas menjadi ancaman bagi Facebook karena memungkinkan terjadinya migrasi pengguna ke sosial media terbaru sekaligus rival bagi Facebook, Google+.
Dengan fitur yang semakin mapan, Google+ memang dapat menjadi alternatif bagi para pengguna Facebook yang kecewa terhadap penanganan spam dan malware yang kerap melanda jejaring sosial tersebut. Peristiwa yang kerap terjadi ini juga menjadi bukti kelemahan yang ada di tubuh Facebook.